Dalam beberapa tahun terakhir, suhu udara di Bangka Belitung terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada akhir Oktober 2025, suhu maksimum harian tercatat melebihi 36°C, menjadikannya salah satu periode terpanas dalam sejarah pengamatan cuaca di wilayah ini. Rata-rata suhu siang hari mencapai 30-31°C, sementara suhu malam dan pagi hari berkisar antara 23 hingga 24°C.
Fenomena suhu ekstrem ini erat kaitannya dengan pemanasan global. Laporan meteorologi menunjukkan bahwa pemanasan global telah menyebabkan beberapa perubahan mendasar terhadap iklim lokal Bangka Belitung. Lapisan udara dan lautan yang lebih hangat memicu proses penguapan air lebih cepat, sehingga potensi hujan lokal semakin tinggi walau musim kemarau cenderung lebih pendek, berakhir di bulan September 2025.
Dampak dari naiknya suhu udara tidak hanya menimbulkan ketidaknyamanan bagi masyarakat, tetapi juga mengganggu aktivitas sehari-hari. Pagi hingga siang hari terasa sangat panas, sedangkan sore dan malam hari kerap diwarnai dengan hujan lebat yang datang tiba-tiba. Studi selama 40 tahun terakhir mencatat adanya peningkatan peristiwa hujan intens dan perubahan pola presipitasi akibat suhu permukaan yang makin panas.
Selain dampak pada kenyamanan, peningkatan suhu udara memperbesar tantangan dalam penyediaan air bersih. Volume produksi air bersih terus ditingkatkan, namun permintaan masyarakat dan kebutuhan industri yang juga tumbuh pesat membuat distribusi air bersih kadang tidak merata. Pemerintah daerah mencatat adanya 393 desa yang rawan terdampak perubahan iklim, serta puluhan kejadian cuaca ekstrem dan bencana banjir setiap tahun.
Penyakit yang Ditimbulkan oleh Kenaikan Suhu Udara di Bangka
Naiknya suhu udara akibat pemanasan global di Bangka membawa dampak serius terhadap kesehatan masyarakat. Berikut adalah beberapa penyakit yang sering timbul akibat suhu panas ekstrem:
1. Heatstroke (Hipertermia)
Heatstroke terjadi ketika tubuh seseorang tidak mampu lagi mengatur suhu akibat paparan panas terus-menerus. Gejalanya meliputi demam tinggi, kulit terasa panas dan kering, pusing, mual, bahkan hilang kesadaran. Heatstroke dapat berakibat fatal jika tidak segera ditangani.
2. Dehidrasi
Suhu yang tinggi mempercepat penguapan cairan dari tubuh. Akibatnya, seseorang mudah mengalami dehidrasi, ditandai dengan haus berlebihan, mulut kering, urin berwarna gelap, hingga pusing dan lemas. Kondisi ini sangat berbahaya bagi anak-anak dan lansia.
3. Penyakit Kulit
Paparan sinar matahari dan panas berlebih dapat menimbulkan gangguan kulit seperti ruam panas (heat rash), kemerahan, gatal, hingga infeksi jika kulit terus lembab dan tidak terjaga kebersihannya. Kulit juga lebih mudah terbakar (sunburn).
4. Infeksi Saluran Pernapasan
Kualitas udara yang buruk selama suhu tinggi, seperti debu dan polusi, dapat memicu gangguan saluran pernapasan. Penyakit seperti batuk, sesak napas, bronkitis, hingga asma semakin mudah kambuh pada cuaca panas dan kering.
5. Gangguan Jantung
Panas ekstrem dapat meningkatkan beban kerja pada jantung. Pada pasien dengan riwayat penyakit jantung, suhu tinggi meningkatkan risiko serangan jantung dan gangguan irama jantung.
6. Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan
Dehidrasi dan gangguan sanitasi dalam musim panas kadang membuat penyakit pencernaan seperti diare dan muntaber lebih sering muncul. Air minum yang kurang bersih menjadi salah satu penyebab utama.
7. Migrain dan Sakit Kepala
Paparan panas sepanjang hari sering memicu sakit kepala dan migrain, terutama jika disertai dengan dehidrasi.
Kenaikan suhu akibat pemanasan global menuntut masyarakat agar selalu waspada, mencukupi kebutuhan cairan, menghindari aktivitas di luar ruangan saat panas ekstrem, serta menjaga kebersihan lingkungan untuk mencegah berbagai penyakit di atas. Dlhbangka.id mengupayakan untuk memberikan sosialisasi serta informasi kepada masyarakat terdampak.
Pemanasan global memicu berbagai perubahan yang berdampak langsung pada lingkungan hidup di Bangka, termasuk produktivitas pertanian, kelestarian ekosistem dan kesehatan masyarakat. Terjadinya kenaikan suhu ini mempertegas perlunya adaptasi dan mitigasi lingkungan oleh pemerintah serta peran aktif masyarakat untuk menjaga keberlanjutan hidup di Bangka Belitung.
